Jumat, 26 Oktober 2007

Nostalgia nongkrong di warung Sekolah

 

Foto hanya illustrasi

Membicarakan tongkrongan kala SMA, tentu tak bisa lepas dari deret warung tempel di Pojok belakang sekolah. Tempatnya memang rada sakral karena tepat di belakangnya adalah kawasan pekuburan tua. Warung-warung tempel itulah yang dulu bahu-membahu menyuplai kebutuhan-kebutuhan perut sampai dengan kerongkongan yang haus. Dagangan yang digelarnya pun lumayan variatif; aneka rupa jajan, dari yang racikan sendiri sampai yang bungkusan instan, dari makanan berat ala soto sampai yang seringan 'kwaci', dari air putih yang 'free' sampai es cendol. Pokoknya mereka selalu meng-update kenginginan bocah-bocah.
Semenjak pagi buta, sebelum bel sekolah dibunyikan (yang konon kalau pagi gema bunyinya sampai bukit piyungan-ini sebabnya mengapa murid-murid dari piyungan jarang terlambat), para kru warung tempel ini sudah sibuk bahu membahu mempersiapkan diri. Kebetulan deretan warung tempel ini adalah usaha keluarga ‘ikatan istri-istri penjaga sekolah’, sehingga para kru, chief sampai waitress adalah ‘mengerahkan’ anggota keluarga masing-masing. Beberapa dari keluarga-keluarga juga menempati rumah dinas di pojok sekolah.
Tidak hanya sekedar warung, tapi berkembang fungsi sebagai tempat yang asyik untuk "mojok", melepas lelah sehabis berkutat dengan buku-buku paket dan guru-guru yang cerewet, sampai dengan menitipkan salam tempel buat gadis-gadis kelas sebelah.
Dulu memang belum ada 'handphone' sebagai sarana komunikasi canggih, Bu Edilah yang menjadi mediator, mak comblang dan sarana kirim-kiriman salam diantara para pelanggan. Yah, muka (maaf) amburadul dan kenes menjadi ikon unik comblang jitu. Wajah Bu Edi memang mengingatkanku pada tokoh dalam video klip dakocang.


Tiga deret warung penyuplai logistik dan jajan saat bel istirahat berdentang ini memang punya karakteristik konsumen sendiri-sendiri. Ndak tau sejak kapan terbentuk pola seperti; Warung bu Edi lebih banyak konsumen cowok-cowok n para 'geng-geng', jagoan-jagoan dan mafia-mafia angkatan. Mungkin karena sifat Bu Edi yang memang 'ceplas-ceplos' dan pintar 'ngemong' para cowok-cowok ABG (Anak Baru Ge-mede) ini yang membuat ia lebih banyak menyerima


Dari Kipas Helikopter sampai Garuda Pancasila
Masing-masing warung memang punya strategi sendiri-sendiri untuk menggaet mangsa. Bu Edi misalnya, untuk membuat bocah-bocah ini duduk nyaman, ia memasang sebuah kipas angin helikopter di atapnya. Meski tidak banyak berfungsi, kecuali justru bikin bunyi gaduh dan pusing di kepala, tetapi setidaknya
Yah, meski saling berkompetisi, mereka cukup akur, bahkan kadangkala kalau stok makanan habis, bertukar makanan lewat pintu belakang adalah hal biasa.

Kontak Jodoh Ala Bu Edi  
Bu Edi orangnya memang supel. Ia tak pernah lepas ngobrol dengan semua anak-anak yang nongkrong di kantinnya. Ia hapal betul anak-anak yang biasa mangkal di kantinya. Maka jika beberapa hari tidak terlihat batang hidungnya di kantin itu, sontak bu Edi akan menanyakan apa gerangan terjadi padanya. Karena begitu akrabnya dengan anak-anak yang biasa mangkal, maka lengkaplah sudah Tupoksinya selain sebagai operator kantin, ia jadi semacam induk semang yang jadi ajang curhatan anak-anak itu. Kadangkala tugasnya bertambah lagi menjadi konsultan asmara serta jasa kontak jodoh lintas kelas. 
Anak-anak cowok senior kelas 3, biasanya mengulik informasi dahulu dari Bu Edi, tentang si cewek A atau si cewek B adik kelas yang diliriknya. Walhasil, jika informasi dirasa cukup, maka si cowok akan melangkah ke jenjang berikutnya dengan memberanikan diri menitip salam tempel pada si cewek adik kelas. Tak ada yang tau persis sampai sejauh mana tingkat keberhasilan ini, tetapi tradisi salam tempel ini berjalan terus, konon sampai saat ini.
 
Pasar Gelap ala anak-anak IPS
Deretan kantin itu, termasuk kantin Bu Edi dauhulu benar-benar merupakan kantin tempel yang benar-benar dindingnya menempel pada dinding yang lain yang kebetulan merupakan dinding pagar sekolah yang sebelahnya adalah kuburun. Maka terbayang jika malam ataupun sore, ketika kerumunan sudah mulai surut, suasana di deretan pojok kantin ini jadi agak menyeramkan. Barangkali, ini bagian dari strategi sekolah agar anak-anak yang tidak membolos melalui jalur kantin
Selain menempel di dinding pagar, deretan kantin itu, dahulu persis di belakang bangunan kelas III IPS dimana bangunan kelas III IPS ini terdiri dari 2 tingkat. Di tingkat 2 adalah bangunan kelas III IPS 2 dimana dahulu diriku terdampar di bulan-bulan terakhir sekolah SMA. Kelas III IPS ini, karena berada di lantai II, ada lantai pendek sepanjang sisi jendela, yang sepertinya fungsi desain awalnya adalah atap samping bagi bangunan kelas di lantai bawahnya. Karena fungsi pokoknya adalah atap samping, maka tak ada jalan masuk selain lompat melalui jendela kaca samping kelas yang sebagian bisa dibuka. Lambat laun, tempat itu jadi tempat yang strategis untuk sekedar membolos sebentar saat jeda pelajaran. Ada 2 tantangan untuk bisa mengakses tempat rahasia ini, yakni selain celahnya yang sempit juga jeda waktu antar pelajaran yang tak bisa diprediksi. Lambat laun pula tempat itu jadi ajang transaksi gelap jajanan dari kantin dengan mekanisme transksasi yang kemudian dilembagakan berupa transaksi via ember. Anak-anak menaruh duit dan catatan di ember, kemudian ember itu diturunkan dari "tempat rahasia" di lantai II ke arah kantin di bawahnya. Bu Edi atau yang lain dengan sigap menangkap ember, memeriksa dan melayani catatan transaksi satu satu.  Lalu akan ditaruhnya jajanan seperti permintaan di ember sekaligus apabila ada duit pengembelaian.Terakhir Ia akan memberikan kode untuk ember bisa ditarik diatas kembali untuk kemudian kami bisa menikmati jajajan kantin ala pasar gelap ini.


Jasa Penitipan Barang 
Sekolah kami dulu tidak ada loker-loker khusus ala sekolah sekolah di eropa atau di film-film yang diceritakan di Holywood itu. Jadi kami terbiasa mencari sendiri lokasi tersembunyi untuk menaruh 'barang-barang yang sengaja ditinggal. Terbayang masa SMA dengan tumpukan buku pelajaran yang harus kami lahap dan selesaikan dari senin sampai sabtu. Idealnya 1 mata pelajaran bisa beberapa buku termasuk buku catatannya. Bagi anak-anak kelas III yang beberapa sudah mulai dilanda disorentasi rutinitas sekolah dan membawa-bawa buku, akhirnya ada yang bersiasat meninggalkan barang-barang sekolah ini di sekolahan juga. Buku-buku, seragam olahraga, sepatu, sandal, topi dan pernak-pernik lainnya. Mungkin karena terlalu banyak tempat persembunyian barang-barang 'yang sengaja ditinggal' ini, akhirnya deretan kantin itu juga jadi ajang penitipan yang 'strategis'.


Rabu, 17 Oktober 2007

The Reunion

Aku maksudkan sekedar cerita ini untuk teman-teman Mache 99, khususnya bagi teman-teman yang tidak bisa hadir pada acara Syawalan di rumah Andi Mariasari, Hari ini, 17 Oktober 2007.


Muasal.....
Sebermula pertengahan puasa ini aku menerima e-mail yang tertanam dari Friendster-ku isinya tentang rencana Reuni eks Mache 99. Pengirim email datang dari Andi
yang setelah kulacak pada profile memang teman seangkatan. Agak susah aku mendapatkan ingatan tentang Andi karena memang bukan teman sekelas dan karib sewaktu SMU.
Lalu aku mulai mencoba memunguti satu demi satu ingatan tentang Andi; Orangnya pake jilbab, agak gemuk, yang dulu ia aktivis osis, yang rumahnya pernah kulewati di depan rumahnya di utara terminal , yang orangnya berkacamata yang setahuku selepas lulus melanjut ke ITB Bogor, hanya sedikit yang kudapati...
Akhirnya setelah kutelusuri profile Friendster dia, kudapati foto profile pertama langsung sebuah band tentang ; dilarang merokok di depan publik (Glek!). Dengan iseng aku kasih komen; "pengakuan si tukang rokok". Eh Andi-nya membalas dengan sanggahan sederet efek buruk merokok, dari alasan kesehatan lah, alasan psikologis lah... blah-blah-blah...
Meski di akhir cerita, intinya aku memasukkan "jadwal reuni" ini dalam list liburan panjang lebaran kali ini.


(Andi Mariyasari dalam; Boycoot smookers")

Sekonyong-konyong
Yoga
Suatu sore, dipengujung bulan Ramadhan, pas aku baru saja memperlambat laju motorku, berhenti di depan rumah dan memarkir dengan tenang motor dinasku, ada sesosok makhluk hitam-kurus-tinggi dengan rambut keriting jarang-jarang tengah berdebat kusir di depan lobi dengan kakak iparku. Perdebatannya tentang bahwa ia mencari teman SMU dia yang namanya Alex. Sontak, kakak iparku sebagai makluk baru yang menempati kompleks Ponggalan Asri (Rumahku nempel benar dengan rumah Bu Rini, Guru matematika SMU yang sekarang jadi kepala sekolah SMU 11, yang dulu jadi pernah langganan sopir pribadi berangkat sekolah, yang mempergokiku juga saat jadi illegal passanger, yang punya anak bungsu-ayu-pinter calon bu dokter) bingung lantaran memang ada dual Alex di rumah ini. Alex satunya adalah nama depan kakakku juga.

"Saya temannya Alex SMU, Alex yang bergigi kelinci"
(Dasar Yoga sialan, sampai menyebut-nyebut kelemahan fisik....Rasis!)
"Ooo... Alex Candra...! "

Belum sadar akan kedatanganku, sosok hitam menjengkelkan itu langsung kusapa...
Jelas-jelas, selain ingatan yang uzur, juga karena kebanyakan utang, sudah lupa aku dengan nama sosok teman lama ini.
"Wei... piye kabare... kenalan sik.... wis lali?... (Isin aku... glek!)

Ternyata ia adalah Yoga. Kami memang langsung akrab dalam sekejab, selain lontaran ucapannya kemudian memicu ingatan bawah sadarku yang sudah mengendap terlanjur dalam perihal sosok karib lama dari SMU ini.
Oh iya, Yoga ini thoo dulu yang sering ngepit dari kawasan Blok O ke sekolah, yang suka tidur di rumah Deni si dokter Gigi, yang suka ngegosip tentang cewek-cewek, yang... (beruntun satu demi satu ingatan-ingatan lama tumbuh kembali)
Setelah membimbing sosok itu masuk ke private house-ku, lantas mulailah kami berbusa-busa, bercerita panjang lebar tentang sepak terjang, centang perentang aktivitas kita saat ini. Bahwa, selepas SMU ia melanjut ke Solo bertemu dengan Juanita (ah gimana kabar si manis dari bilangan Gayam itu saat ini? +"Sudah merid? Glek!.+Pupus Lagi) dan kawan-kawan lain. Bercerita tentang per-inchest-an Deni dengan rekan seangkatan (namanya lupa, anak mantan anak IA) dan bla..bla... bla...
Puas rasaya kami dengan kesimpulan bahwa kami ternyata kawan senasib, sebangsa alumni-alumni unlucky yang asik asoy wara-wiri, dolan sana sini, tanpa juntrung ujung pangkal, sampai lupa bahwa kami sudah 25 tahun keatas... wah....
Weit, dari kerling mata Yoga yang berbinar-binar , langsung aku bisa menerka ada udang di balik batu, maksud menghadiri undangan reuni tentu sambil mengup-date database partai Golkari (Golongan Kaseb Rabi). Atau siapa tahu ada lelang Barkas, "pakaian" pantas pakai, sampai bikin video klip "kisah kasih di Sekolah".
Ide Yoga meski basi, briliant juga. Itu langsung membuka mataku tuk "melingkari" tanggal 15 Hari Minggu, Jam sepuluh Tit, segera berkemas, dandan mlipis dan mengelap si motor dinas, tancap gas... wish you luck dab!



(Sosok yang ngakunya Yoga, teman SMU Alex.... Percayakah anda kalau cewek di sebelahnya ini hanya
diaku ;"sekedar teman curhat"?)



SMS dari Heri "Kentang"

Aku menjulukinya Heri Kentang, untuk menyebut kawan karib SMU anak penjual Satay karang, yang gendut dan berkacamata, suka jorok dengan mengumpulkan upil di bawah bangku dan suka ketawa ngakak tanpa sebab ini. Tapi orangnya memang ramah dan baik sekali. Ingatanku langsung terbang pada; kawan sebangku pas masih kelas IE, yang selalu punya buku bacaan komplit yang pernah dengan iseng menarik rambut panjang Elizabet Oriza sampai terkejut dan semaphut (Elizabeth adalah salah satu kembang kelas yang "maaf" punya penyakit lemah Jantung).
Tapi Heri yang sekarang memang berubah 179 derajat (kurang 1 derajat untuk masih suka ketawanya tanpa sebab), tampil sebagai sesosok Bapak beranak satu, lulusan UII management tehnik Industri, yang buka usaha waralaba satay karang, yang kini sibuk bersafari ramadhan mengisi kultum, yang dan sederet usaha-usaha lain. Dari dulu aku memang tahu darah gigih-ulet dari bapaknya menurun ke dia.
Nah, Heri mengirim SMS dan ngebel tentang acara reuni ini yang membuat aku semakin, "tidak bisa tidak", tidak bisa tidak datang.


(Heni, Si imut Ibu guru TK )

Friendster Comment Dari
Eko
Aku tak tahu pasti ini eko yang berasal dari dusun piyungan yang selalu pakai sepatu PDA, yang mantan petugas Tonti yang pendiam dan tegap seperti seorang kapiten, atau eko yang satunya lagi yang satu kawan di kelas IPS. Waktu aku buka profilenya photo Eko cuman gambar pohon kering kerontang saja.
Eko mengirimi aku tentang perubahan tanggal Reuni jadi mundur tanggal 17. Wah... alasannya takut mengganggu acara keluarga.
"Tolong Forwardin ini ke yang lain", katanya... dan di bawah tertera signature nomer handphone, please to confirm (Wuih komplit benar, semoga acaranya rame n sukses).

Dengan persiapan yang alang-kepalang dan publikasi bertubi-tubi ini, timbul pikiranku;"Jangan-jangan Andi sudah mempersiapkan kambing Guling sampai hiburan Wayang kulit semalam suntuk nih!"

Dari Friendster ke Friendster
Memang dasyat tehnologi Friendster, bisa menemukan karib yang hilang dan ajang ber-narsis ria. Salut dah buat penggagas Friendster!
Undangan reuni lewat Friendster ini membuat aku terpicu menelusur kawan-kawan lama eks 5C 99 lewat Friendster. Setiap kali aku menemukan satu profile, semakin rasa penasaran muncul untuk melihat seperti apakah mereka saat ini. Aksi teman-teman kita pada Friendster Profile sungguh diluar dugaan. Ada yang masih kalem, ada yang tampil penuh warna-warni lengkap dengan sederet foto aktivitas, ada yang cukup mejeng dengan nama samaran.
"Wei dab iseh urip po kowe..."


(Hestu, Mantan Artis & Penyanyi Kamar mandi Sekolah)

Aku menemukan; Adi (Ia) dengan foto ala guitaris (Ceilee udah jadi guitaris benar sekarang). Cuman, dia mengaku kalau udah jadi bapak beranak satu, dan waktu mengirim komentar ke kolom profileku langsung berujar: "Wah lex, gimana kabar "the Intruder in Fieldtrip to Bali" ini? (Weleh, aib lama masih diinga' juga), Menemukan Nanang (si aktivis Rohis) yang udah jadi orang Top di Unilever, Menemukan Sesy, Menemukan Kiki ,D
haniHestu (yang gemar menyanyi di kamar mandi sekolah), Kadarwati, Sigit, SetoPhyta, Himawan, Andi, Agung, Kadarwati, RahmaRury, Elyta (yang kini getol update foto2 friendster setelah bisa nangkring di Jerman), yusiYuyunNeela, Yoga, Heni,   Mahmud (pengendara skooter yang kini jadi juragan onderdil yang selalu parkir mobil Jeep nya di kolom komen FS), Kuncung (yang sekarang hopi Jeprat-jepret bareng anak Komsi), LiaMita, Gandi (yang nyaris diculik suku aborigin), Wildan (yang tak henti-henti menyadarkanku dengan kotbah-khothbahnya), Dini (Si mungil yang kini juga punya si mungil yunior berkepala plontos), Sandy, Anton (yang memajang foto anak pertamanya pada profile), Indra , Pipin,


(Sang Mahmud yang telah Insap, dan Mandito, kini cukup bahagia dengan ngemong tiga kelangenannnya : Jeep, Istri dan anaknya)


(Foto yang dipampang Wildan di FS. Konon kalau ia aktif di rohis lagi, ia bakal mencanang progam pengiriman Laskar Puspanegara ke Ambon)

Tentu tak ketinggalan kawan senasib seperjuangan si cuplis yang dulu menempati rangking I tes IQ, keluar masuk BP dan dan ruang UKS (dengan alasan kesehatan hanya untuk bolos), menaruh segenap perkakas 
buku-bu pelajaran dan baju-baju di rak kelas, membuat "kolong persembunyian"  di ruang teater, kemudian dimutasi dari SMU 5 ke sebuah SMU inpres terpencil di Prambanan dan di elu-elukan sebagai the "best student ever" di SMU itu. Ia kemudian mengubah gelar menjadi "Hardijanto Sitepu" setelah berhasil melalang buana ke gelanggang UGM, menerbitkan buku antologi puisi, kuliah berpindah pindah dari ekonomi ISP UGM, lulus tes masuk Sastra Inggris Sanata Dharma, Pindah ke jurusan Sejarah di Sasta UGM, pindah lagi ke jurusan Arkeologi UGM dan terakhir cukup aman mengendap mengambil jurusan multi aktivis gelangang UGM, sampai kemudian mengubah lagi namanya menjadi Hardijanto aseli Sitepu setelah menjadi juragan material "tiban gempa" di Prambanan. Untuk teman satu ini, konon sampai kini masih dicari-cari Pak Kisno dan John Rinaldi (Hey kemana sekarang teman kita satu ini?).


(Hardiyanto si Murid yang hilang. Foto jepretan th 2004 bersama teman satu klub karaoke!)

Hari H-1
Lebaran memang selalu penuh kejutan. Menyambangi rumah dari sedulur ke sedulur, bertekuk lutut laku sungkem dengan para pini sepuh dan tentu saja membaur dengan gemuruh keponakan-keponakan yang tumah ruah berkumpul. Perut tak pernah berhenti menggiling. Segala macam kue, opor, kupat, lontong, wafer, coklat, sirup dan entah apa lagi material aneka rupa lolos seleksi dengan sempurna tergiling masuk kantong perut. "Heiiiighggg...."


(Nanang; HRD Unilever! Mantan ketua Rohis SMU 5, Mantan ketua Korps Mahasiswa HI UGM, dan sederet mantan lainnya.Cakap, multi talent, cerdas...wah)


Friendster Comment Dari
Eko
Reminder pada Handphone berdering...bukan bunyi SMS tapi sebuah peringatan besok hari reuni Tiba. Cemas, karena sampai detik ini belum ada kepastian akan datang dengan rombongan mana? Punya kontak siapa? Waduh! Malu juga kalau hanya datang bergelintir sendiri... gengsi lah...
Kutelusuri phone book memori, siapa kira-kira bisa kuhubungi, tau alamatnya, kenal akrab dan bisa diajak tandem berangkat.
Dasar pailul, ndak ada aku kontak teman-teman eks SMU selain sedikit dan itupun tak pasti apakah orangnya di Yogya?


(si mungil Dini yang kini juga punya si mungil tetapi tetap mungil)

Akhirnya...
Kepastian datang juga. Ada seseorang cewek yang mo gabung datang bareng. Aku dapat kabar juga dari Yoga dan Deni, mo gabung. Kita berangkat bareng! Satu geng "gedang goreng" (Ini istilah Yoga, ndak tau maksudnya apa...).
Jam 8, matahari meninggi tapi masih juga karena sisa rasa capek sisa kemarin aku, jadi masih malas untuk mandi. Baru ingat, motor vespa yang mo kupakai mogok semalam. Seketika aku panik, dan lantas sibuk membongkarnya. Berkali-kali bongkar pasang busi, vespa ku genjot tidak menyala jua. Tubuh sudah gerah, berkeringat dan tangan menghitam penuh oli. Tiba-tiba dari Timur menyembul dua orang pengendara motor...
"Dremmm... brrrrt..."
Doni dan Yoga! Wah!
Terkejut aku melihat Doni dengan perubahan fisik drastis, jadi segemuk beruang madu.

Masih dengan suasana takjub, bergegas pamit mandi, sambil celigak-celiguk mohon maaf sedalam-dalamnya karena ndak sadar waktu sudah hampir jam sepuluh, belum siap-siap sampai mereka datang menghampiri.


(Gooten Dag, Madamme Ellyta!)

Hubungan perkawanan Doni denganku selepas SMU memang tidak intens. Tapi kami sama-sama tahu posisi, dan dan paham kesibukan masing-masing karena kebetulan kami memiliki rumpun dan lingkaran perkawanan yang sama. Alias, beberapa kawan dia adalah kawanku pula. Aku cukup salut dengan kawan satu ini, karena konsistensi dia dalam dunia musik. Masih terekam dalam ingatanku, Doni yang dulu acap didapuk mengisi illustrasi bas pentas musik grup Teater eskul. Doni mungkin ingat dan mencatat karir pertama dia sebagai basis betulan dalam musikalisasi puisi dengan seseorang bernama "Kenyut", yang kini terkenal menjadi dedengkot group band "Genk Kubro".

Perihal musisi konsisten di bidangnya ini, Smu 5 99 juga punya Adi, teman kita Adi, sang gitaris. Ada pula Hendi sang gitaris yang telah nikah incest dengan Ridar (salah satu adik kelas yang dulu sempat diuber-uber teman seangkatan kita).

(Adi in act! Hanya satu obesisnya kini yang belum tepenuhi: Manggung bareng Didi Kempot)


Reuni : Tumpah ruah Tawa, Coto Makasar dan Satay kambing

Tiga orang ini berangkat menuju rumah Andi Mariasari. Ternyata sampai di sana masih agak sepi, hanya ada Vikrama dan beberapa teman cewek.
Sambil salaman aku masih harus meneliti satu-satu siapa saja rombongan cewek-cewek ini. Vikrama kini hadir dengan sosok lebih kalem, Andi Mariasari lebih singset dengan dipermanis kawat gigi dan cewek-cewek yang lain... aduh ingat wajah lupa nama.

Kata teman-teman disana, sebelumnya sudah ada beberapa teman yang sempat mampir, tapi berubung kesibukan mereka (Ada yang sudah mulai masuk kantor) mereka hanya menyempatkan sejenak, sekedar titip salam dan mendahuili icip-icip hidangan. (Kalimat ini penulis tambahi setelah ada komentar masuk dari Tinartayu... hehehe)


Kami juga langsung disambut setampah penuh kue-kue (yang langsung mencuri perhatian Doni dan membuat matanya berbinar-binar) dan sebuah laptop untuk mengisi buku tamu (Ikut-ikutan Tukul 4 Mata nih!). 
Tak begitu lama datang dua ekor teman dari grup "pria culun keren", Didik dan Tatag. Tatag tampil relatif ndak berubah, masih dandan mlipis dengan rambut klimis. Kini ia telah sukses jadi PNS dengan areal dinas di Aceh. Didik nyaris sama,jadi PNS dengan dinas sektor Semarang.

Tentang Keculunan Tatag aku punya pengalaman; Suatu ketika aku diajaknya jalan-jalan ke Perpusda. Meski saban hari naik motor, tetapi rute yang ia lalui hanya trek-lurus Imogiri-Kotagede SMU 5, PP (pulang pergi). Jadi, baginya rute dalam kota adalah rute "luar biasa". Dengan bertele-tele, akhirnya berhasil lah aku membujuk Tatag kalau harus berani melewati rute dalam kota itu.
"Bi Jentel dab!"
Sebelum akhirnya kami tertangkap polisi karena salah masuk jalur satu arah...
Priit...! ow ternyata ada jalan satu arah to...
Gara-gara kasus Polisi ini, dia sampai harus mendekam kena sangsi "dilarangan mengemudikan motor" oleh orang tuanya untuk beberapa bulan lamanya.


(Himawan, salah satu member pria culun keren. Siapa mau?)

Kembali ke reuni, ternyata hari itu Tatag dan Didik punya dobel agenda. Sedianya mereka langsung segera cabut, untuk ke menuju acara resepsi mantan teman sekampus mereka di Purworejo.

Tak lama berselang beruntun datang Dini Sartika yang datang lengkap satu keluarga (suami dan anaknya yang masih bayi), lalu datang Gandi, Eko, Kuncung, Sigit, Sesy, Pipit, Adi, Heri bersama satu pleton istri dan bayi yang masih digendong, dan lain lain..... (lengkapnya bisa lihat di buku tamu....)

Suasana menjadi sangat riuh-rendah tak terkendali. Sampai-sampai si saat tuan Rumah, Andi Mariasari membuka acara, dan melontarkan ide pembentukan forum komunikasi, hampir tidak terdengar. Maklum sudah lama teman-teman ini tidak bertemu dan hanyut dalam haru biru dan nostalgia.
Ada banyolan-banyolan dan ejekan-ejekan lama muncul kembali, semisal; ada yang tahu nama asli "Mesum"? (Jujur, saja aku sendiri baru ingat kalau nama aslinya Topan Yudianto), atau mencari-cari kemanakah nasib 'Genjik' (Si gendut berkacamata silinder yang ternyata nama aslinya Mushodik Faturroham),apakah kiprah John Rinaldi selapas SMU, siapa-siapa saja yang kawin incest (nikah satu angkatan), riwayat "cinta monyet masa sekolah", Si Oki mantan jagoan kelahi yang kini insab jadi polisi beranak satu yang suka dinas di perempatan jalan bantul, Sigit yang mempergoki anak-anak SMU 5 sekarang gemar tawuran, Adi yang jadi Ajudan pemda Sleman, Richi juragan komputer yang suka nongol hilir mudik bawa komputer pake motor, Mahmud yang sudah insap dan beranak satu, Iwan yang sudah tak bisa main basket karena sakit tulang punggung dan dipergoki sedang belanja di warung milik ibunya kuncung, Pipin yang jadi pria tambun, Mardomo yang jadi takmir masjid, Junita yang baru saja melangsungkan pernikahan, ada juga seorang teman (saya lupa nama) yang stress keluar dari angkatan darat...

Sambil dengan suasana seperti itu, para pria-pria ini, hampir kesemuanya menjadi Ahli Hishab (menyebut istilah Vikrama untuk menyebut para perokok berat) telah memenuhi lobi rumah Andi dengan kabut asap. Tak ayal Si pemilik rumah yang memasang tulisan slogan "No Smooking Area", dan menolak menyediakan asbak rokok, tak bisa berbuat apa-apa. Memang sebelum sang komandan Sigit dan Pak Polisi (aduh lupa namanya) kami beberapa ahli Hisap harus rela menyingkir, dan berbagi "Djarum Super", di bawah pohon mangga pelataran rumah Andi.
+ "Jauh sana..Noh!"
- "Nah itu, pak polisi, aparatnya aja ngrokok disitu...yuk pindah yuk..."


Tak hanya cerita, nostalgi, mengkorek-korek gosip dan kelakar, tapi juga prospek bisnis...
Ibarat pepatah, makin banyak karib makin banyak rejeki. Nyambung rekanan, biar order lancar, dan berantai dari mulut ke mulut, seperti kawan-kawan kita ini, yang sekarang minim sudah berusia 25, berarti sudah mulai berfikir serius untuk bekerja, survival, dan tentunya menabung uang untuk lamaran bagi yang masih jomblo. Tak heran selebihnya adalah bertukar kartunama dan korek-korek info;"kamu kerja dimana sekarang? Bagian apa?"Dapat bayaran berapa? Lewat mana?"


(Diazz! Punker jaman Bahoela, yang dulu sempat nampil bareng jadi cover "bolos" boy dalam kalender sekolah". Kata orang, imbasnya kini ia dikeliling cewek2 cantik, dan siap jadi calo calon foto model top. Ayo siapa daptar..?)

Klop deh, ada reuni, ada nostalgi, ada nambah relasi bisnis, ada mengincar-incar pasangan, dan tentunya soto makasar....

Kami, masih dengan gemuruh obrolan ngalor ngidul, gojek kéré, lantas dibimbing oleh kedua orang tua Andi, ke bilik yang lain, yang ternyata telah dipersiapkan; coto makasar, es pisang ijo, satay, es buah dan wah semua prasmanan.

Terima kasih sebesar-besarnya pada Andi, the only one pen-donasi- acara reuni ini yang rela merogoh kocek lumayan banyak.... jasa mu tiada tara....hiks!

Rombongan langsung berduyun-duyun tanpa antri, gelas piring sendok teko termos es tandas habis, meski pada awalnya seperti biasa, rasa sok-sokan sungkan, malu-malu kucing, sebelum akhirnya Yoga dan Doni (yang sedari tadi telah kasak kusuk gelisah membau aroma soto makasar) memulai sebagai delegasi pembuka.
Tak lama, rumah Andi sudah mirip kamp pengungsi, dipenuhi teman-teman yang mojok asyik masyuk, dengan geng masing-masing, dan khusyuk menghabiskan hidangan.
"Don, tambah Don?"Sepiring full coto makasar, 20 tusuk satay lengkap dengan lontong dan dua piring es pisang ijo habis diurai makhluk ini.
Doni di reuni ini memang paling mencolok perubahannya, menjadi super gembur. 
"Kuwi sebulan lagi mo lahir Don..." Celetuk seseorang sambil menunjuk perut gembur Doni.

Di bilik lain Heri memulai presentasi bisnis barunya....
"Aku sekarang punya nyambi juga buka jasa kesehatan...., kalau temen-temen punya keluhan-keluhan kesehatan..... Oh iya ada juga minuman-minuman berkhasiat... Kopi yang menghentikan kebiasaan merokok... bla...bla...bla..."
Dikeluarkannyalah beberapa sample
dari kantung tasnya.... beberapa botol aneh dan ekstrak dalam kemasan sachet.... Lalu beberapa teman tertarik mencoba sachet kopi penghenti kebiasaan merokok....
"ambil termos...."
Ada kuncung, Gandi dan beberapa teman mencoba minuman itu....
"Sip....."

Sayang aku tidak bisa masuk ke gerombolan ibu-ibu darmawanita eks Mache '99 yang sudah mulai asyik ngerumpi juga..... Jadi aku tak bisa bercerita apa yang mereka bicarakan.... Tapi kabar burung mengatakan mereka mo bikin arisan pula! wah...







RALAT :
1. Pada foto bergambar Heni tertulis "Heni, si Imut Ibu Guru TK", yang benar adalah "Heni, si Imut yang sekarang pegang kunci Finnance sebuah yayasan pendidikan"
Mohon dipermaklumkan atas ralat ini, karena si penulis sempat kena teror dan SMS Gelap dari fans dan penggemar berat Heni.

2. Pada Foto bergambar Yoga, gambar cewek tersebut "dikonformasikan" hanya kenalan biasa". Penulis memohon maaf, mencantumkan foto Yoga bergambar cewek itu, tanpa bermaksud "merusak pasaran". Dengan ralat ini juga diumumkan bahwa Yoga menerima sedalam-dalamnya aplikasi-aplikasi dari cewek-cewek Golkari yang sedianya mau kontak secara pribadi atau mau "jumpa darat". Penulis tidak bertanggung jawab dan tidak menerima suap dalam bentuk apapun terhadap hal-hal yang terjadi belakangan.